Selasa, 13 Desember 2016

Resume Buku Metodologi Studi Islam karya Dr. Limas Dodi, M.Hum


BAB I
Pengertian, Urgensi dan Signifikansi Metodologi Studi Islam

A.    Pengertian Metode
Menurut bahasa metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta yang artinya sepanjang dan hodos yang berarti jalan. Sedangkan menurut istilah  metode adalah ajaran yang memberikan penjelasan. Metode biasanya digunakan dalam penelitian keilmuan. Sementara kata metodologi berasal dari bahasa yunani yaitu metodhos yang artinya cara  danlogosyang berarti ilmu pengetahuan. Jadi metodologi dapat diartikan cara-cara yang berlaku dalam penelitian. Metodologi studi islam digunakan ketika seseorang ingin mengkaji seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam. Metodologi juga digunakan untuk membantu seseorang dalam mengembangkan keilmuan yang dimilikinya dan memahami keislaman secara utuh dan komprehensif.
Metode yang dapat digunakan untuk memahami islam secara garis besar ada dua macam, yang pertama metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek dalam agama islam dengan agama lainnya. Kedua, metode sintesis, yaitu suatu caramemahami islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normatif.
B.     Ruang Lingkup Studi Islam
Studi islam merupakan suatu disipin ilmu yang ruang lingkup studi keislaman dalam tradisi sarjana barat meliputi  pembahasan tentang ajaran, pemikiran, teks, sejarah, dang institusi keislaman. Studi islam tidak hanya melibatkan aspek kognitif tetapi juga aspek afektik dan psikomotorik. Sejalan dengan majunya perkembangan ilmu, ini berdampak pada semakin luasnya ruang lingkup studi islam dilihat dari berbagai disiplin ilmu seperti munculnya antropologi,sosiologi,psikologi,dan ilmu sosial lainnya. Wujud konkrit studi ilmu-ilmu dasar keislaman  tercakup kedalam bidang-bidang studi tentang Al-Qur’an dan Hadist, sejarah dan peradapan islam, hokum islam dan pranata sosial, ilmu kalam-filsafat dan tasawuf, dan pemikiran modern dalam islam.
C.     Kedudukan Metodologi Studi Islam diantara Keilmuan Lain
Seiring perkembangan zaman, mempelajari metodologi studi islam diharapkan dapat mengarahkan untuk mengadakan usaha pembaharuan dalam pemikiran ajaran-ajaran islam yang sudah mapandan sudah berhenti serta ketinggalan zaman, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan dan tuntutan zaman yang modern dengan tetap berpegang dalam sumber agama islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Mempelajar metodologi studi islam juga diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat islam agar tetap menjadi muslim yang sejati. Kedudukan studi islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin ilmu lain yang menyangkut tentang aspek islam, karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama.
D.    Islam Sebagai Objek Kajian
Adalah suatu yang tidak harus dipertentangkan lagi menjadikan islam sebagai objek studi dengan pendekatan-pendekatan ilmiah . karena dalam sudut pandang ilmu pengetahuan, islam adalah sesuatu yang harus dipelajari, diketahui, dan dipahami. Dalam mengkaji islam, harus berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist. Untuk memecahkan masalah yng timbul dalam masyarakat, maka seorang muslim mengadakan suatu penafsiran terhadap Al-Qur’an dan hadist sehingga timbullah pemikiran islam pemikiran islam, baik yang bersifat tekstual maupun kontekstual.
E.     Islam Normatif dan Historis
Islam normative adalah agama yang didalamnya berisi ajaran Tuhan yang berkaitan dengan akidah dan muamalah. Sebagaimana yang terdapat dalam kita suci Al-Qur’an dan Hadist kita akan memperoleh pelajaran-pelajaran yang orisinil. Dalam tataran normative, islam meliputi berbagai hal diantaranya tauhid dan akidah sebagai inti dari ajaran islam. Akar normatifitas mencakup hal-hal seperti fiqih, tasawuf dan sebagai hasil pemahaman dari teks AL-Qur’an tersebut. Islam historis merupakan unsure kebudayaan yang dihasilkan oleh setiap pemikiran manusia dalam pemahamannya terhadap teks, maka islam pada tahap I I berpengaruh bahkan menjadi sebuah kebudayaan. Adanya problematika yang semakin kompleks, maka kita hidup pada era saat ini harus terus berjuang untuk menghasilkan pemikiran untuk mengatasi problematika kehidupan dengan latar belakang kultur dan sosial yang melingkupi kita.

BAB II
PENGANTAR STUDI ISLAM

A.    Studi Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Islam dalam segi normatif merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepada paradigm ilmu-ilmu pengetahuan yaitu paradigma analitis, kiritis, metodologis, historis, dan empiris. Sedangkan islam dalam segi historis yaitu dipraktekkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia,maka islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu yakni ilmu keislaman, Islamic studies. Lain lagi sains islam sebagaimana dikemukakan oleh Sayyed Husain Nasr adalah sains yang dikembangan oleh kaum muslimin sejak abad kedua hijriyah, seperti kedokteran, astronomi dan lain-lain. Sementara studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran islam yang dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan manusia. Berdasarkan uraian diatas, berkenaa dengan studi islam sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri sangat terkait erat dengan persoalan metode dan pendekatan yang akan dipakai dalam melakukan pengkajian.
B.     Pertumbuhan dan Objek Studi Islam
Pusat-pusat studi islam sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Amin, sejarawan islam kontemporer, berada di Hijaz berpusat di Makkah dan Madinah, Irak berpusat di Basrah dan Kuffah sebagai sentra ilmu gramatika bahasa arab, Khurasan dan Samarkand sebagai pusat ilmu kalam, serta Damascs sebgai pusat ilmu fikih. Dalam berbagai kota tersebut, munculah berbagai disiplin ilmu. Studi islam kemudian menumbuhkan berbagai macam disiplin ilmu baru yang sangat variatif. Menurut Seyyed Hosein Nasr, disiplin ilmu dalam studi islam memiliki 4 domain utama yaitu fiqih dan ushul fiqih, theology, metafisika dan filsafat. Objek studi islam dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu sumber-sumber islam, doktrin islam, ritual dan institusi islam, sejarah islam, aliran dan pemikiran tokoh, studi wawasan dan bahasa.
C.     Sejarah Metode dan Pendekatan Studi Islam
Diantara metode studi islam yang pernah ada  dalam sejarah, dapat dibagi menjadi dua. Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek agama islam dengan agama lainnya. Kedua, metode sintesis, yaitu suatu cara memahami islam yang memadukan metode ilmiah dan segala cirri yang rasional, obyektif, kritis, dan seterusnya. Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam memahami agama. Diantaranya yaitu pendekatan teologis normative, antroologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan dan pendekatan filosofis.

BAB III
Penelitian Agama

A.    Pengertian Penelitian Agama
Penelitian berasal dari bahasa inggris research yang artinya proses pengalaman informasi dengan tujuan mengembangkan sebuah penyelidikan. Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah. Metode-metode tersebut sudah dikembangkan secara intensif, melalui uji coba sehingga telahmemiliki prosedur yang baku. Penelitian agama adalah mencari, menelaah, meneliti, serta menemukan jawaban atas pertanyaan dan permasalahan seputar permasalahan manusia yang diekspresikan dengan penyembahan dan pengabdian yang dianggap sesuatu yang suci. Metodologi yang sesuai dalam penelitian agama yaitu pendekatan teologi normative dan bisa juga pendekatan ilmu sosial.
B.     Agama sebagai Obyek Penelitian
Peneitian agama bukanlah meneliti hakikat agama sebagai arti wahyu, tetapi meneliti manusia yang meyakini pengaruh dari agama. Dalam art lain, penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologi tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan system sosial berdasarkan fakta sosio-kultural. Dengan demikian kedudukan panelitian agama sejajar dengan penelitian-penelitian yang lain hanya saja dibedakan oleh objek kajian yang diteliti.
C.     Penelitian Keagamaan
Penelitian keagamaan agama adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif. Sasarannya adalah agama sebagai gejala sosial. Penelitian keagamaan melipui hal-hal berikut.
1.      Perilaku individu dan hubungannya dengan mayarakat yang didasari atas agama yang dianut
2.      Perilaku masyarakat, baik perilaku politik, budaya maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama
3.      Ajaran agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku dan kebudayaan mastarakat beragama.
D.    Konstruksi Penelitian Agama
Dalam penyelidikan ada perbedaan yang tidak kecil, meskipun ada pula kesamaan yang bersifat analogi maupun kemiripan. Ada tiga macam istilah dalam mendekai agama :
1.      Unsur-unsur atau aspek-aspek yang sama
Agama bisa  diartikan sebagai kepercayaan kepada Tuhan atau dewa-dewa. Jika dipelajari lebih lanjut pengetahuan tentang keberadaan Tuhan dianggap sudah terbentuk dalam akal pikiran manusia. Adanya unsur-unsur risalah , ritual, dan eskatologi yang merupakan unsur untuk dijadikan syarat dalam kategorisasi agama dan sistem kepercayaan. Kepercayaan yang memiliki semua unsur tersebut maka layak disebut agama. Jika tidak mencakup satu atau lebih bisa dikatakan sebagai sistem aliran kepercayaan.
2.      Orde
Orde diberi tafsiran yang berbeda-beda :
a.       Orde Kosmos
Disini yang dipentingkan keselarasan dengan kosmos sekitarnya. Dalam kebudayaan suku tidak ada aturan tertentu, orang yang melanggar orde dapat dianggap melanggar etis tetapi orde kadang-kadang dilanggar untuk tetap harmonis maka diadakan upacara-upacara tertentu.
b.      Orde Hukum Etis
Yang dipentingkan disini adalah akhlak kehendak Tuhan untuk tingkah laku manusia terhadap Tuhan dan sesamanya. Jika aturan ini dilanggar berarti manusia berbuat dosa atau kejahatan.
3.      Tiap-tiap Agama dan Keyakinan Tentang keterokan atau kegagalan, ada kekurangan dan ketidaksempurnaan
Setiap agama memiliki fenomena. Manusia mempunyai gambaran tentang kekurangannya dan mempunyai gambaran tentang keselamatan. Manusia merasa dalam kekurangan, ketidakpuasan, hidup manusia terancam dalam bahaya,  mengalami kegagalan. Kekurangan tersebut.disebabkan bermacam-macam keterangan menurut kepercayaan  masing-masing agama.  Gambaran-gambaran tadi ada yang mengatakan nasib, ada yang mengatakan kesalahan manusia itu sendiri dan ada pula yang mengatakan penipuan dewa.


BAB IV
Agama sebagai Ideologi dan Doktrin

A.    Ideologi
1.      Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata edios yang berarti gagasan dan kata logos yang berarti ilmu. Ideologi adalah kumpulan ide yang dirumuskan melalui proses berpikir untuk melahirkan aturan-aturan dalam dalam kehidupan manusia. Plato memahami bahwa manusia memiliki dua realitas diri, yakni jiwa atau idea dan tubuh. Idea adalah realitas sejati, sedangkan tubuh adalah realitas tiruan dari dunia idea. Idea atau dunia idea  merupakan sebuah realitas ide bahwa pada dasarnya manusia sdah mengenal kebenaran sejati dalam dirinya. Penggolongan pengetahuan menurut Plato yaitu :
a.       Pengetahuan berdasar penalaran murni
b.      Pengetahuan hasil pemahaman
c.       Pengetahuan hasil kepercayaan
d.      Pengetahuan hasil dugaan
2.      Prinsip-prinsip Ideologi
Prinip-prinsip ideologi merupakan sesuatu gagasan untuk menjadi sebuah ideology, seperti tujuan gagasan, ciri-ciri dan lingkup pemikiran dari gagasan yang dikembangkan. Tujuan utama dari ideologi yaitu menawarkan perubahan melalui proses pemikiran yang normatif.
Ciri-ciri ideologi meliputi :
a.       Memiliki derajat tertinggi sebagai nilai hidup bangsa dan Negara
b.      Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup yang diamalkan dan dilestarikan keada generasi selanjutnya.
Adapun lingkup pemikran dari ideologi terdapat tiga dimensi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan ideologi fleksibilitas.
B.     Pengertian Doktrin
Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran. Ada pula doktrin berasal dari bahasa Yunani dogma yang artinya opini atau kepercayaan. Istilah doktrin biasanya  berhubungan dengan dua hal. Yang pertama, sebagai penegasan suatu kebenaran, dan kedua, berkaitan dengan ajaran. Kedoanya tidak dapat dipisahkan karena kebenaran itu melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan biasanya berkaitan demgan kebenaran.
C.     Agama sebagai Doktrin
Doktrin agama adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan, dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Pada dasarnya, doktrin tentang kebenaran memiliki sifat ganda yaitu mutlak dan relative. Kemutlakkan bisa dilihat dari esensnya, sedangkan kerelatifa terletak pada penyekapan terhadap esensi itu.
D.    Islam sebagai Doktrin
Islam sebagai doktrin adalah memandang islam sebagai wahyu Allahsebagaimana ajarannya terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang diyakini kebenarannya dan bersifat mutlak. Studi islam dari sisi doctrinal kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran islam baik yang ada di dalam Al-Qur’an maupun dalam al-Sunnah ada yang menjadi penjelasan kedua sumber tersebut melalui ijtihad. Doktrin islam yang paling pokok yaitu trilogy iman, islam dan ihsan.
1.      Iman
Pengertian iman secara etimologi artinya kepercayaan. Sedangkan menurut penjelasan Rasulullah iman adalah pembenaran dan keyakinan terhadap adanya Allah dengan ke-Esa-an-Nya, Malaikat, pertemuan dengan-Nya, para utusan-utusan-Nya dan percaya pada hari akhir.
2.      Islam
Islam berasal dari bahasa Arab  Aslama yang berarti keselamatan. Secara terminology islam artinya ketundukan, kepasrahann dan ketaatan dalam menyembah kepada Allah, tidak musrik kepada-Nya
3.      Ihsan
Dalam literature Arab ihsan berarti perbuatan baik. Sedangkan secara terminology  yang sesuai dengan penjelasan dari Rasulullah ihsan artinya “engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika tidak maka sesungguhnya dia melihatmu.
E.     Bentuk-bentuk Penyikapan Doktrin
Raimundo Panikkar menyebutkan tiga macam penyikan kebenaran agama:
1.      Ekslusivisme, yang menganggap agamanya endiri sebagai agama yang benar.
2.      Inkluisivisme, yang memiliki sikap menerima dan toleran terhadap adanya tataran-tataran yang berbeda.
3.      Pluralisme, yakni memiliki sikap menyamakan dan menyejajarkan semua kebenaran agama, sekalipun pada dasarnya memiliki perbedaan.


BAB V
AGAMA SEBAGAI PRODUK BUDAYA

A.    Pengertian Kebudayaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kebudayaan adalah  hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengarahkan segenap potensi batin yang dimilikinya.penelitian budaya merupakan penelitian tentang tradisi masyarakat kolektif. Ilmu mengenai kebudayaan secara garis besar memiliki dua ruang lingkup :
1.      Berbagai aspek kehidupan yang mengungkapkan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya.
2.      Hakikat manusia yang satu atau universal tetapi bergam perwujudannya dalam kebudayaan setiap zaman dan tempat.
B.     Agama sebagai Sasaran Penelitian Budaya
Agama sebagai sasaran peelitian budaya menggunakan pendekatan penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian budaya. Misalnya penelitian tentang naskah-naskah, alat-alat ritus keagamaan , benda-benda purbakala agama, sejarah agama, nilai-nilai dari mitos mitos yang dianut oleh pemeluk agama dan sebagainya. Untuk memahami suatu agama khususnya islam harus melalui dua model yaitu tekstual dan konstektual. Tekstual artinya memahami islam melalui wahyuyang berupa kitab suci. Sedangkan konstektual berarti memahami islam lewat realitas sosial. Proses interaksi islam dengan budaya dapat terjadi dalam dua kemungkinan. Pertama, islam mewarnai, mengubah, mengolah dan memperbarui budaya. Kedua, justru islam yang diwarnai oleh kebudayaan. Agama sebagai budaya juga dapat dilihat sebagai mekanisme control, karena agama adalah pranata sosial dan gejala sosial yang berfungsi sebagai control terhadap institusi-intsitusi yang ada.
C.     Pendekatan Kebudayaan Dalam Kajian Agama
Penggunaan pendekatan budaya dalam study islam memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan hanya menggunakan pendekatan teologis normative antara lain sebagai alat metodolgi untuk memahami corak keagamaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat dan juga untuk mengarahkan dan menambah keyakinan keagamaan yang dimiliki masyarakat sesuai dengan ajaran yang benar. Ada empat cirri fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama :
1.      Bercorak deskriptif, bukannya normative. Pendekatan antropologi bermula dari kerja lapangan yang berhubungan dengan orang, masyarakat, kelompok setempat yang diamat dalam jangka waktu yang lama dan mendalam.
2.      Yang terpokok dari pendekatan kebudayaan adalah local practices yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3.      Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antara berbagai domain kehidupan secara utuh.
4.      Comparative. Studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agam-agama.

BAB VI
AGAMA SEBAGAI PRODUK INTERAKSI SOSIAL

A.    Agama sebagai Produk Interaksi Sosial
Interaksi Sosial yaitu hubungan timbalebalik dan pengaruh mempengaruhi antar individu dalam masyarakat yang dapat berakibat terjadinya perubahan sosial. Agama sebagai gejala sosial pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Penelitian dengan menempatkan agama sebagai hasil interaksi sosial obyeknya bisa dilakukakn dengan pendekatan yang umumnya dilakukan di studi sosial.
B.     Penelitian Eksperimental
Penelitian Eksperimen merupakan dari metode kuantitatif. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel lain dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat. Penelitian Eksperimen tidak hanya melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain melainkan sejauh mana pengaruh variabel tersebut dengan variabel lain secara kausalitas. Penelitian Eksperimen  memiliki ciri-ciri :
1.      Adanya perlakuan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel pengikat.
2.      Adanya teknik-teknik tertentu yang digunakan untuk mnegendalikan variabel yang diduga akan mempengaruhi variabel terikat.
3.      Adnya unit-unit eksperimen atau beberapa kelompok manusia yang menjadi objek kajian.
C.     Pengamatan dan Pengamatan Terlibat
Pengamatan sebagai metode pengumpulan data secara umum dibagi menjadi dua jenis.
1.      Pengamatan Murni, pegamatan yang dilakukan tanpa terlibat dalam aktivita sosial yang berlangsung.
2.      Pengamatan Terlibat, peneliti melibatkan dirinya dalam proses kehidupan sosial masyarakat yang diteliti. Pengamatan Terlibat dilakukan untuk melihat bagaimana cara informan yang diteliti memilih sebuah tindakan tertentu dalam setiap aktivitasnya. Pada dasarnya pengamatan terlibat melibatkan dua hal poko yaitu tentang apa yang dilakukan orang dan apa yang dikatakan.
D.    Penelitian Survei dan Analisis Statistik
1.      Penelitian Survei
Penelitian Survei meerupakan salah satu dari metode ilmiah yang masih cukup baru. Penelitian ini mengkaji populasi yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu. Analisis Survei bertujuan untuk penjajagan, deskriptif, penjelasan, evaluasi, prediksi, penelitian operasinal, pengembangan indikator-indikator sosial.
2.      Analisis  Statistik
Bentuk data analisis statistic adalah kuantitatif dan kualitatif. Kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pengalaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang dikumpulkan tentang variabel objek berupa angka-angka.
E.     Analisis Data
Analisis Data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Analisis data dapat dilakukan dalam tiga tahapan :
1.      Analisis data selama pengumpulan data
2.      Reduksi data
3.      Display data
4.      Penarikan kesimpulan dan verifikasi


BAB VII
ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DOKTRINAL

A.    Islam sebagai Doktrin
Studi Doktrinal ini bberarti studi yang berkenaan tentang ajaran yang bersifat teoritis. Berarti dalam studi doctrinal yang dimaksud adalah studi tentang ajaran islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh islam. Studi islam dari sisi doctrinal itu menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran islam baik yang ada dalam Al-Qur’an maupun dalam Al-Sunnah serta penjelas kedua sumber tersebut melalui ijtihad. Untuk penelitian agama yang sasarannya agama sebagi doktrin tidak sebatas menerapkan hubungan antara manusia dengan Tuhan saja tetapi juga melibatkan kesadaran sosiologis, psikologis bahkan ajaran agama tertentu.

B.     Ruang Lingkup Doktrin Islam
Runag Lingkup Islam sebagai Doktrin secara garis besar adalah Tuhan, Manusia dan Alam. Berkenaan dengan doktrin tentang Tuhan, islam dating sebagai wahyu yang awalnya memberitahukan kepada manusia tentang Tuhan dengan berbagai data, bukti dan argumentasi yang handal. Sementara berkenaan dengan doktrin tentang manusia maka islam memandangnya sebagai makhluk termulia.
C.     Model Penelitian Islam sebagai Doktrin
1.      Model Penelitian Tafsir
Tafsir adalah suatu ilmu untuk memahami kitab Allah dan merupakan penjelas makan serta kesimpulan hikmah dan hukum. Berikut model-model penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan oleh para Ulama Tafsir :
a.       Model Quraisyi Syihab
Model ini bersifat eksploratif, deskriptif, analisis, dan perbandingan yaitu model penelitian yang berupaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama  tafsir  terdahulu.
b.      Model Al-Shirbbasyi
Sumber ang digunakan adalah bahan-bahan bacaan yang ditulis oleh para tafsir.
c.       Model Al-Ghazali
Syekh Mohammad Al-Ghazali menempuh cara penelitian tafsir yang bercorak eksploratif, deskripif dan analitis dengan berdasarkan pada rujukan kitab-kitab yang ditulis ulama terdahulu.
2.      Model Penelitian Hadist
Dalam melakukan penelitian hadist ada beberapa model penelitian:
a.       Takhrij hadist, menunjukkan letak asal hadis pada sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab yang didalamnya dikemukakan hadis tersebut secara lenkap dengan sanad nya masing-masing.
b.      I’tibar, digunakan untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidaknya pendukung berupa periwayatan.
c.       Kritik sanad, salah satu langkahnya adalah menliti kemungkinan ada keanehan dalam sanad.
d.      Kritik matan, pencocokan konsep yang menjadi muatan pokok setiap matan hadis.


BAB VIII
AGAMA SEBAGAI SASARAN STUDI SOSIAL

A.    Islam sebagai Sasaran Studi Sosial
Objek islam sebagai sasaran studi sosial adalah islam yang telah menggejala, yang telah menjaji fenomena adalah islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah perilaku dari para pemeluknya. Agama sebagai gejala sosial, pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungan timbale balik antara agama dan masyarakat.
1.      Letak Ilmu Sosial
Orang berpendapat nahwa ilmu sosial terletak diantara ilmu alam dan ilmu budaya. Kaum structuralis, termasuk di dalamnya sebagian antropolog, cenderung meletakkan ilmu sosial lebih dekat kepada ilmu budaya. Kaum positivis meletakkan ilmu sosial lebih dekat pada ilmu pengetahuan alam. Ilmu sosial menunjukkan pada penerapan metode ilmiah untuk mempelajari hubungan manusia dan bentuk-bentuk organisasi yang yang dimaksudkan dapat hidup bersama dalam masyarakat.
2.      Ilmu sosial dan teori
Salah satu contoh metode penelitian sosial yang digunakan dalam penelitian adama adalah grounded research. Metode grounded research adalah metode penelitian sosial yang bertujuan untuk menemukan teori melalui data yang diperoleh secara sistematik dengan menggunakan metode analisis komparatif konstan. Ciri-ciri grounded research, yaitu :
a.       Adanya tujuan menemukan atau merumuskan teori
b.      Adanya data sistematik
c.       Digunakannya analisis kompratif konstan
B.     Pandangan Islam terhadap Ilmu Sosial
Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam menjadikan seluruh bumi sebagai tempat mengabdi kepada Allah dalam arti yang luas. Ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama.
C.     Ilmu Sosial Bernuansa Islam
Ilmu sosial mampu mengubah berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu, perubahan tersebut didasarkan pada tiga hal. Pertama, cita-cita kemanusiaan, kedua, liberasi, dan ketiga, transendensi. Dengan ilmu sosial profetik ini, kita ingin melakukan reorientasi terhadap epistemology, orientasi terhadap mode of thought dan mode of inquirity, yaitu pandangan bahwa sumber ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan empiri sebagaimana yang dianut masyarakat barat, tetapi juga dari wahyu.
D.    Peran Ilmu Sosial Profetik pada Era Globalisasi
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi islam bukanlah agama tertutup. Islam adalah sebuah paradigma terbuka, sebagai mata rantai peradaban dunia dengan sifat dan karakteristik agama islam demikian itu, maka melalui ilmu sosial berwawasan profetik, maka islam siap memasuki era globalisasi. Era globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi,sosial, informasi dan sebagainya akan dapat diambil manfaatnya dan dibuang halhal yang membahayakan.

BAB IX
ISLAM SEBAGAI SASARN STUDI BUDAYA

A.    Budaya Islami
Kebudayaan merupakan sesuatu yang dikonstruksi yang mencakup keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, digunakan sebagai pedoman, diyakini kebenarannya untuk memahami lingkungan yang dihadapi serta mendorong terjadinya tindakan. Kebudayaan selalu mengalami perubahan yang bertujuan merekonstruksi kebudayaan agar dapat lebih memuaskan pelaku budaya itu. Pembahasan metodologi studi islam kebudayaan lebih dimaksudkan cara berfikir, cara pandang atau mentalitas manusia. Kebudayaan dapat pula digunakan untuk memahami apa yang terdapat dataran empirisme yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Kebudayaan memiliki karakteristik tertentu yaitu :
1.      Dipelajari dan diperoleh
2.      Diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi
3.      Berkembang melalui interaksi individu
4.      Merupakan peikiran yang mendalam untuk dijadikan symbol yang memberikan makna terhadap lingkungan melalui pengalaman.
B.     Contoh Kajian Budaya dalam Perkembangan Islam di Jawa
Interaksi islam dengan budaya di jawa melahirkan tiga bentuk keislaman yang memiliki dasar pikiran yang berbeda-beda yaitu islam pesantren, islam kejawen, dan islam modernis. Hal itu terjadi karena suku-suku bangsa Indonesia khususnya suku jawa sebelum kedatangan pengaruh Hinduisme telah hidup teratur dengan religi animisme-dinamisme sebagai akar spritualnya dan hukum adat sebagai pranata sosial mereka.
C.     Islam sebagai Sasaran Studi Budaya
1.      Karakterisik Studi Budaya
Kebudayaan selalu mengalami perubahan. Dalam konteks dinamisasi kebudayaan, studi budaya diklasifikaskan menjadi dua bagian :
a.       Budaya Implisit, merupakan hubungan antar kelompok dan satu kelompok individu yang mengatur dan mengupayakan agar berperilaku sesuai dengan budaya kelompoknya.
b.      Budaya Eksplisit, merupakan adopsi budaya dari sekelompok individu dengan budaya yang berbeda.
2.      Pendekatan Budaya Dalam Memahami Islam
Penelitian budaya adalah penelitian tentang naskah-naskah, alat-alat situs keagamaan, arkeologi, sejarah agama, nilai-nilai dari mitos yang dianut para pemeluk agama dan sebagainya. Suatu pengetahuan baru dianggap sebagai ilmu dapat diamati,dapat diukur dan dibuktikan. Sebaliknya ilmu budaya hanya dapat diamati terkadang tidak dapat diukur apalagi diverivikasi. Manfaat penelitian islam dengan pendekatan kebudayaan :
a.       Alat untuk memahami corak keagamaan ya ng dimiliki sebuah masyarakat
b.      Mengarahkan dan menambah keyakinan agama yang dimiliki masyarakat sesuai dengan ajaran yang benar.

BAB X
KARAKTERISTIK  AJARAN ISLAM
A.    Pengertian Islam Menurut Ajaran
Islam menurut ajaran berarti agama yang sepanjang sejarah manusia. Agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah, pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia.
B.     Karakteristik Ajaran Islam
Karakteristik Ajaran Islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki setiap umat muslim dengan perpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist. Islam memiliki karakteristik yang khas diantaranya :
1.      Dalam Bidang Aqidah, bahwa aqidah islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.
2.      Dalam Bidang Agama, mengakui adanya pluralism sebagai suatu kenyataan, juga mengakui adanya Universalime yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan Hari akhir, menyuruh berbuat baik dan mengajak pada keselamatan. Karakteristik ajaran islam dalam keagamaan berifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan dan saling mneghargai karena dalam pluralisme agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada Tuhan.
3.      Dalam Bidang Ibadah, ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Yang umum adalah segala amalan yang diizinkan Allah. Sedangkan yang khusus adalah apa yang ditetapkan oleh Allah. Ketentuan ibadah termasu salah satu bidang ajaran islam dimana akal manusia tidak perlu campur tangan melaikan hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya. Kedudukan manusia hanya mematuhi, mantaati, melaksanakan dan menjalankannya dengan penuh ketundukan pada Tuhan sebagai bukti pengabdian dan rasa terimakasih kepadanya.
4.      Dalam Bidang Pendidikan
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki atau perempuan dan berlansung sepanjang hayat.
5.      Dalam Bidang Sosial
Dibidang ini islam menjunjung tinggi tolong menolong dan saling menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa dan kebersamaan.
6.      Dalam Bidang Ekonomi
Pandangan islam mengenai bidang ini dicerminkan dalam ajaran fiqih yang menjelaskan tentang  usaha ataupun ajaran islam mengenai berzakat.
7.      Dalam Bidang Kesehatan
Ajaran islam memegang prinsip pencegahan lebih baik daripada penyembuhan.
8.      Dalam Bidang Politik
Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu, namun yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut digunakan sebagai alat untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan dan ketentraman masyarakat.
9.      Dalam Bidang Pekerjaan
Islam memandang bahwa bekerja sebagai ibadah kepada Allah. Kerja yang dikehendaki islam adalah kerja yang bermutu terarah kepada pengabdian kepada Allah dan kerja yang bermanfaat bagi oranglain.
C.     Karakteristik Islam Dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Islam memiliki karakteristik tersendiri, dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodative, tetapi selektif. Yakni dari satu segi islam terbuka dan akomodative untuk meneria berbagai masukan dari luar, tetapi islam juga selektif yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan denga islam.


BAB XI
POSISI SENTRAL AL-QUR’AN DAN HADIST DALAM STUDI ISLAM

A.    Posisi Al-Qur’an Dalam Studi Islam
Secara etimologis Al-Qur’an berarti mengumpulkan, sedangkan secara terminologi Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad sebagi pedoman bagi umat islam. Ada empat metode yang digunakan dalam menafsirkan Al-Qur’an yaitu :
1.      Metode Tahliny, tafsir kata per kata
2.      Metode Ijmaly, tafsir secara global
3.      Metode Muqarim, tafsir yang membandingan lafadz
4.      Metode Mudhu’I, penafsiran dengan cara memilih topic tertentu yang hendak dicarikan penjelasannya dalam Al-Qur’an
B.     Posisi Hadist Dalam Studi Islam
Hadis secara bahasa  artinya berita, sedangkan secara istilah hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabu Muhammad SAW. Ada beberapa term lain yang digunakan sebagai sebagai pembanding term hadist antara lain :
1.      Sunnah, hukum ketentuan-ketentuan Allah
2.      Khabar,  sesuatu yang dinukilkan dan dibicarakan atau berita yang disampaikan dari satu orang ke orang lainnya.
3.      Atsar, jejak atau bekas.
Kedudukan hadis terhadap Al-Qur’an yaitu sebagai penjelas. Fungsi-fungsi hadis sterhadap Al-Qur’an yaitu :
1.      Bayan Taqrir, menetapkan dan memperkuat apa yang teelah dijelaskan dalam Al-Qur’an
2.      Bayan tafsir, memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat yang masih global
3.      Bayan tasyri’, mewujudkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam AlQur’an
4.      Bayan Naskh, menghapuskan ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an
C.     Pandangan Teologi tentang Al-Qur’an dan Hadist
Teologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Theologia yang terdiri dri kata Theos artinya Tuhan dan logos yang artinya ilmu. Jadi teologi artinya ilmu tentang Tuhan. Pandangan hidup seorang muslim berdasarkan Al-Qur’an dan hadis itu sendiri, karena dalam teologi islam Al-Qur’an diyakini  mengandung kebenaran yang mutlak yang bersifat transidental, universal dan abadi.


BAB XII
MACAM-MACAM PENDEKTAN DALAM STUDI ISLAM  (1)

A.  Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan manusia yang menguasai hidupnya itu. Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama karena focus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Studi sosiologis terhadap agama tidak hanya member perhatian pada depensi keyakinan dan komunitas keagamaan terhadap kekuatan dan proses sosial, melainkan kekuatan penggerak organisasi dan doktrin keagamaan dalam dunia sosial.
1.         Teori Fungsional
Pendapat penting yang dikemukakan, yaitu yang pertama, suatu masyarakat mengalami pertumbuhan yang semakin lama semakin besar dan kompleks. Kedua, masing-masing bagian masyarakat memiliki fungsi tertentu dan berbeda, Ketiga, perubahan yang terjadi mengakibatkan perubahan bagian-bagian lain.
2.         Teori Konflik
Konsep teori ini adalah wewenang dan posisi. Intinya distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yng menentukan konflik sosial secara sistematis.
3.         Teori Interaksionalisma
Teori ini banyak memperlihatkan proses interaksi oleh individu-individu serta implikasinya terhadap masyarakat. Tiga konsep kunci teori ini yaitu, self, mind, dan society.
B.       Pendekatan Historis
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang melukiskan dan menjelaskan fenomena kehidupan yang terjadi perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakat. Karakteristik sejarah sebagai pendekatan yaitu sebagai sebuah kerangka metodologi dalam pengkajian untuk menerobos segala sesuatu masalah dalam lampaunya. Dalam menjelaskan suatu peristiwa sejarah, seorang sejarawan menggunakan dua metode penulisan, yaitu metode penulisan yang bersifat deskripsi-naratif dan bersifat deskriptif-eksplanatif.Pendekatan historis yang dimaksud adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab suatu permasalahan , serta menganalisisnya dengan metode analisis sejarah. Di dalam studi Islam, permasalahan dari ajaran agama Islam dan pelaksanaan serta perkembangannya dapat ditinjau dan dianalisis dalam kerangka perspektif kesejarahan. Ada lima teori dalam pendekatan sejarah, yaitu :
1.      Idealisme Approach, seorang  peneliti yang berusaha memahami fakta sejarah dengan mempercayai semua fakta yang ada tanpa keraguan.
2.      Reductionalist Approach, seorang  peneliti yang  berusaha memahami fakta sejarah dengan penuh  keraguan.
3.      Diakronik, penelusuran sejarah dan perkembangan satu fenomena yang sedang diteliti.
4.      Sinkronik, kontektualisasi atau sosiologis kehidupan yang mengitari fenomena yang sedang diteliti.
5.      Teori, sistem nilai atau budaya.
Dengan pendekatan historis ini masyarakat diharapkan mampu  memahami nilai sejarah adanya agama Islam. Sehingga sadar akan historisitas keberadaan islam dan mampu memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Berikut beberapa metode pendekatan sejarah :
1.      Pemilihan topik, seperti fenomena ke-islaman dan permasalahan keagamaan.
2.      Pengumpulan sumber, seperti dokumen tertulis, artefak, sumber lisan, dan lain-lain.
3.      Verifikasi, seperti pembuktian, kritik sejarah, keabsahan sumber, otentisitasnya, dan lain-lain.
4.      Interpretasi, analisa dan penafsiran.
5.      Penulisan, kesimpulan hasil penafsiran untuk diterapkan.
C.     Pendekatan Psikologis
Penelitian agama dalam  pendekatanpsikologi adalah penelitian terhadappengalaman kejiwaan individu yang terkait dengan rasa keagamaannya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam penyelidikan agama lewat pendekatan  psikologis :
1.      Pendekatan Struktural
Pendekatan ini bertujuan untuk mempelajari pengalaman seseorang berdasarkan tingkatan tertentu. 
2.      Pendekatan Fungsional
Pendekatan  ini dilakukan untuk mempelajari bagai mana agamadapat berpengaruh terhadap tingkah laku individu dalam kehidupannya.
3.      Pendekatan Psiko-analisis
Dalam agama,pendekatan ini dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan hubungan dengan pikiran, sistem perilaku seseorang dan penyakit-penyakit jiwa.
4.      Pendekatan Kepribadian
Pendekatan ini berpandangan  pengalaman keagamaan sebagai sebuah luapan dari ruang ketidaksadaran yang masuk kedalam wilayah sadar.
5.      Pendekatan Humanis
Pendekatan ini berpandangan manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat-tingkatsesuai atas dorongan kekurangan yang dimilikinya.

BAB XIII
MACAM-MACAM PENDEKTAN DALAM STUDI ISLAM  (2)
A.    Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan studi Islam yang memandang masalah dari sudut legal formal dan atau normatifnya. Maksud dari legalformal adalah hubungannya dengan halal-haram. Sedangkan normatifnya adalag seluruh ajaran yang terkandung dalam nash.Pendekatan teologis-normatif menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol yang masing-masing bentuk tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar dan lainnya dianggap salah. Salah satu ciri pendekatan teologis dalammemahami agama adalah menggunakan cara berpikir deduktif. Yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari Tuhan sudah asti benar. Sedangkan pendekatan normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang tertera dalam al-Qur’an dan Hadis. Pendekatan ini mengasumsikan seluruh ajaran Islam sebagai suatu kebenaran yang harus diterima saja dan tidak boleh diganggu gugat.
B.     Pendekatan Filologis
Filologi secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta kata-kata atau senang bertutur. Sedangkan secara istilah filologi dalam arti studi teks adalah suatu studi yang melakukan penelaahan dengan mengadakan kritik teks.Pendekatan ini sangat populer bagi para pengkaji agama terutama ketika mengkaji naskah-naskah kuno peninggalan masa lalu. Karena objek dari pendekatan ini adalah warisan-warisan keagamaan, berupa naskah-naskah klasik dalam bentuk manuskrip. Ada beberapa metode untuk mengedit dan menyunting naskah klasik, yaitu :
1.      Inventarisasi Naskah, pemilihan naskah yang ingin disunting.
2.      Deskripsi Naskah, setiap naskahyang diperoleh diuraikan secara terinci, teratur dan masing-masing diberi tanda atau kode.
3.      Pengelompokan dan Perbandingan Teks, mengelompokkan secara rinci hubungan antara varian, perbedaan, persamaan, dan hubungan antara berbagai naskah yang ada. Selanjutnya membandingkan teks untuk mengetahui adakah perbedaan bacaan diantara semua naskah.
4.      Transliterasi, penggantian huruf demi huruf dari satu abjad ke abjad lain atau perubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain.
5.      Terjemah, ada beberapa cara menerjemahkan teks, yaitu terjemah harfiyyah, terjemah agak bebas, dan sangat bebas.
6.      Analisis, setelah data-data tersebut ditemukan, maka teks kemudian dianalisa sesuai dengan hasil yang diperlukan.
C.    Pendekatan Hukum Islam
Dalam pembicaraan tentang hukum Islam yang terdapat padaliteratur bahasa Arab adalah fiqh dan syari’at. Para ahli hukum Islam mendefinisikan fikih adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat operasional yang dihasilkan dari dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan syari’at adalah seperangkat aturan dasar tentang tingkah laku manusia yang ditetapkan secara umum dan dinyatakan langsung oleh Allah dan Rosul-Nya. Perkembangan hukum Islam terbagi menjadi empat periode, yaitu :
1.      Periode Rasulullah
Pada masa Rasulullah adalah masa fiqh Islam  mulai tumbuh dan membentuk dirinya menjelma kealam perwujudan. Sumber asasi yang ada pada masa ini ialah al- Qur’an. Tentang sunnah Rasul adalah berdasarkan wahyu ilahi yang diturunkan kepada beliau.
2.      Periode Sahabat
Periode sahabat ini dimulai dari wafatnya Rasulullah SAW sampai akhir abad pertama hijriyah. Pada masa sahabat, Islam telah menyebar luas misalnya ke negeri Persia, Irak, Syam, dan Mesir. Negara-negara tersebut telah memiliki kebudayaan yang tinggi, juga memiliki adat kebiasaan tertentu, peraturan-peraturan dan ilmu pengetahuan. Bertemunya Islam dengan kebudayaan diluar Jazirah Arab ini mendorong pertumbuhan Fiqh Islam  pada periode-periode selanjutnya.
3.      Periode Ijtihad
Pada periode ini Islam mengalami kejayaan yang terjadi pada tahun 700-1000 Masehi. Perkembangan hukum fiqh pada masa ini memang berkembang dengan pesat. Perluasan wilayah Islam sehingga mempertemukan Islam dengan peristiwa-peristiwa yang makin kompleks adalah salah satu alasan. Selain itu, perhatian umat Islam memiliki keinginan yang besar untuk mu’amalah yang sesuai dengan al-Qur’an.
4.      Periode Taqlid
Periode ini terjadi pasca abad ke-4 hijriyah. Masyarakat sudah tidak tertuju pada sumber-sumber hukum yang telah ada sebelum periodenya, tetapi mereka hanya tertuju hanya untuk mempertahankan hukum menurut madzhabnya masing-masing.
Dalam melakukan penyelidikan Islam dengan pendekatan Islam, para peneliti memiliki ruang lingkup yang sangat luas karena syari’at Islam memang mencakup tak hanya aspek ibadah, tetapi juga ekonomi (mu’amalat), pidana (jinayat), pernikahan (nikah), waris (faraidh) dan politik (siyasah).
D.    Pendekatan Antropologis
Secara etimologis antropologi berasal dari bahasa Yunani anthropos yang berarti manusia dan logos yang berarti wacana. Sedangkan secara terminologi antropologi dapat diartikan ilmu yang mengkaji manusia dan budayanya. Yang bertujuan untuk memperoleh suatu pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk, baik dimasa lampau maupun dimasa sekarang, baik sebagai makhluk biologis maupun makhluk berbudaya. Pendekatan antropologi dalam studi Islam dapat memahami agama Islam tidak hanya sebagai doktrin yang bersifat monolitik, tetapi sekaligus juga yang bersifat pluralistik. Pendekatan antropologi terhadap agama juga diperlukan untuk memberi wawasan keilmuan yang lebih komprehensif tentang entitas agama dan substansi agama yang dianggap sangat penting untuk membimbing kehidupan umat manusia. Menurut Atho Mudzhar, ada lima kategori fenomena agama yang dapat dikaji :
1.      Scripture atau sumber ajaran dan simbol agama.
2.      Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama.
3.      Ritus, lembaga, dan ibadat.
4.      Alat-alat dan sarana.
5.      Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan.
Ada beberapa tahapan pendekatan antropologi dalam studi Islam memiliki empat ciri fundamental, meliputi :
1.      Deskriptif
2.      Lokal praktis
3.      Keterkaitan antar domain kehidupan secara utuh
4.      Komparatif (perbandingan)
E.     Penggalian Data
Penggalian data dalam penelitian agama dapat menggunakan kamar femenologi. Kajian femenologi dengan tujuan memberi panduan yang runtut untuk memahami sesuatu secara utuh. Fenomelogi yang dipahami disini merupakan sebuah pendekatan filosofis yang mendasarkan diri pada penyelidikan asumsi-asumsiuntuk sampai kepada esensi dari suatu fenomena yang tampak, sebagai manifestasinya dari sudut pandang orang pertama. Kajian fenomenologi ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman murni yang didukung oleh fakta-fakta.

4 komentar:

  1. Ini sangat membantu sekali dalam mengerjakan tugas saya, terima kasih.

    BalasHapus
  2. Sangat bermanfaat. Terima kasih

    BalasHapus
  3. PokerStars Casino is BLACKLISTED in Malaysia | KDGF
    The reason why PokerStars is BLACKLISTED is because it kadangpintar gives players a great experience and rewards 카지노 them at an attractive online casino and 인카지노 then you

    BalasHapus
  4. JCMH | Casino - Temecula, CA
    JCMH Resort & Casino 안동 출장마사지 Sacramento 경상북도 출장샵 offers 강원도 출장마사지 exciting 동해 출장마사지 gaming, premier promotions and a casino vibe at Temecula's most popular 충주 출장마사지 gaming resort, JCMH

    BalasHapus