BAB I
Pengertian, Urgensi dan Signifikansi Metodologi Studi Islam
A.
Pengertian
Metode
Menurut bahasa metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta yang artinya sepanjang dan hodos yang berarti jalan. Sedangkan
menurut istilah metode adalah ajaran
yang memberikan penjelasan. Metode biasanya digunakan dalam penelitian
keilmuan. Sementara kata metodologi berasal dari bahasa yunani yaitu metodhos yang artinya cara danlogosyang
berarti ilmu pengetahuan. Jadi
metodologi dapat diartikan cara-cara yang berlaku dalam penelitian. Metodologi
studi islam digunakan ketika seseorang ingin mengkaji seputar ragam metode yang
biasa digunakan dalam studi islam. Metodologi juga digunakan untuk membantu
seseorang dalam mengembangkan keilmuan yang dimilikinya dan memahami keislaman
secara utuh dan komprehensif.
Metode yang dapat digunakan untuk memahami islam secara garis besar
ada dua macam, yang pertama metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama
dengan membandingkan seluruh aspek dalam agama islam dengan agama lainnya.
Kedua, metode sintesis, yaitu suatu caramemahami islam yang memadukan antara
metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan
seterusnya dengan metode teologis normatif.
B.
Ruang
Lingkup Studi Islam
Studi islam merupakan suatu disipin ilmu yang ruang lingkup studi
keislaman dalam tradisi sarjana barat meliputi
pembahasan tentang ajaran, pemikiran, teks, sejarah, dang institusi
keislaman. Studi islam tidak hanya melibatkan aspek kognitif tetapi juga aspek
afektik dan psikomotorik. Sejalan dengan majunya perkembangan ilmu, ini
berdampak pada semakin luasnya ruang lingkup studi islam dilihat dari berbagai
disiplin ilmu seperti munculnya antropologi,sosiologi,psikologi,dan ilmu sosial
lainnya. Wujud konkrit studi ilmu-ilmu dasar keislaman tercakup kedalam bidang-bidang studi tentang
Al-Qur’an dan Hadist, sejarah dan peradapan islam, hokum islam dan pranata
sosial, ilmu kalam-filsafat dan tasawuf, dan pemikiran modern dalam islam.
C.
Kedudukan
Metodologi Studi Islam diantara Keilmuan Lain
Seiring perkembangan zaman, mempelajari metodologi studi islam
diharapkan dapat mengarahkan untuk mengadakan usaha pembaharuan dalam pemikiran
ajaran-ajaran islam yang sudah mapandan sudah berhenti serta ketinggalan zaman,
agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan dan tuntutan zaman yang modern
dengan tetap berpegang dalam sumber agama islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Mempelajar metodologi studi islam juga diharapkan mampu memberikan pedoman dan
pegangan hidup bagi umat islam agar tetap menjadi muslim yang sejati. Kedudukan
studi islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin ilmu lain yang
menyangkut tentang aspek islam, karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang
menerangkan dasar seseorang dalam beragama.
D.
Islam
Sebagai Objek Kajian
Adalah suatu yang tidak harus dipertentangkan lagi menjadikan islam
sebagai objek studi dengan pendekatan-pendekatan ilmiah . karena dalam sudut
pandang ilmu pengetahuan, islam adalah sesuatu yang harus dipelajari,
diketahui, dan dipahami. Dalam mengkaji islam, harus berpedoman pada Al-Qur’an
dan Hadist. Untuk memecahkan masalah yng timbul dalam masyarakat, maka seorang
muslim mengadakan suatu penafsiran terhadap Al-Qur’an dan hadist sehingga
timbullah pemikiran islam pemikiran islam, baik yang bersifat tekstual maupun
kontekstual.
E.
Islam
Normatif dan Historis
Islam normative adalah agama yang didalamnya berisi ajaran Tuhan
yang berkaitan dengan akidah dan muamalah. Sebagaimana yang terdapat dalam kita
suci Al-Qur’an dan Hadist kita akan memperoleh pelajaran-pelajaran yang
orisinil. Dalam tataran normative, islam meliputi berbagai hal diantaranya
tauhid dan akidah sebagai inti dari ajaran islam. Akar normatifitas mencakup
hal-hal seperti fiqih, tasawuf dan sebagai hasil pemahaman dari teks AL-Qur’an
tersebut. Islam historis merupakan unsure kebudayaan yang dihasilkan oleh
setiap pemikiran manusia dalam pemahamannya terhadap teks, maka islam pada
tahap I I berpengaruh bahkan menjadi sebuah kebudayaan. Adanya problematika
yang semakin kompleks, maka kita hidup pada era saat ini harus terus berjuang
untuk menghasilkan pemikiran untuk mengatasi problematika kehidupan dengan
latar belakang kultur dan sosial yang melingkupi kita.
BAB II
PENGANTAR STUDI
ISLAM
A.
Studi
Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Islam dalam segi normatif merupakan agama yang tidak dapat
diberlakukan kepada paradigm ilmu-ilmu pengetahuan yaitu paradigma analitis,
kiritis, metodologis, historis, dan empiris. Sedangkan islam dalam segi
historis yaitu dipraktekkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan manusia,maka islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu yakni
ilmu keislaman, Islamic studies. Lain lagi sains islam sebagaimana dikemukakan
oleh Sayyed Husain Nasr adalah sains yang dikembangan oleh kaum muslimin sejak
abad kedua hijriyah, seperti kedokteran, astronomi dan lain-lain. Sementara
studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran islam yang
dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan manusia. Berdasarkan uraian diatas,
berkenaa dengan studi islam sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri sangat
terkait erat dengan persoalan metode dan pendekatan yang akan dipakai dalam
melakukan pengkajian.
B.
Pertumbuhan
dan Objek Studi Islam
Pusat-pusat studi islam sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Amin,
sejarawan islam kontemporer, berada di Hijaz berpusat di Makkah dan Madinah,
Irak berpusat di Basrah dan Kuffah sebagai sentra ilmu gramatika bahasa arab,
Khurasan dan Samarkand sebagai pusat ilmu kalam, serta Damascs sebgai pusat
ilmu fikih. Dalam berbagai kota tersebut, munculah berbagai disiplin ilmu.
Studi islam kemudian menumbuhkan berbagai macam disiplin ilmu baru yang sangat
variatif. Menurut Seyyed Hosein Nasr, disiplin ilmu dalam studi islam memiliki
4 domain utama yaitu fiqih dan ushul fiqih, theology, metafisika dan filsafat.
Objek studi islam dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu
sumber-sumber islam, doktrin islam, ritual dan institusi islam, sejarah islam,
aliran dan pemikiran tokoh, studi wawasan dan bahasa.
C.
Sejarah
Metode dan Pendekatan Studi Islam
Diantara metode studi islam yang pernah ada dalam sejarah, dapat dibagi menjadi dua.
Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan
seluruh aspek agama islam dengan agama lainnya. Kedua, metode sintesis, yaitu
suatu cara memahami islam yang memadukan metode ilmiah dan segala cirri yang
rasional, obyektif, kritis, dan seterusnya. Terdapat banyak pendekatan yang
digunakan dalam memahami agama. Diantaranya yaitu pendekatan teologis normative,
antroologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan dan pendekatan
filosofis.
BAB III
Penelitian
Agama
A.
Pengertian
Penelitian Agama
Penelitian berasal dari bahasa inggris research yang artinya proses
pengalaman informasi dengan tujuan mengembangkan sebuah penyelidikan. Secara
umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah. Metode-metode
tersebut sudah dikembangkan secara intensif, melalui uji coba sehingga
telahmemiliki prosedur yang baku. Penelitian agama adalah mencari, menelaah,
meneliti, serta menemukan jawaban atas pertanyaan dan permasalahan seputar
permasalahan manusia yang diekspresikan dengan penyembahan dan pengabdian yang
dianggap sesuatu yang suci. Metodologi yang sesuai dalam penelitian agama yaitu
pendekatan teologi normative dan bisa juga pendekatan ilmu sosial.
B.
Agama
sebagai Obyek Penelitian
Peneitian agama bukanlah meneliti hakikat agama sebagai arti wahyu,
tetapi meneliti manusia yang meyakini pengaruh dari agama. Dalam art lain,
penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologi tetapi bagaimana agama itu
ada dalam kebudayaan dan system sosial berdasarkan fakta sosio-kultural. Dengan
demikian kedudukan panelitian agama sejajar dengan penelitian-penelitian yang
lain hanya saja dibedakan oleh objek kajian yang diteliti.
C.
Penelitian
Keagamaan
Penelitian keagamaan agama adalah penelitian tentang
praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan
kolektif. Sasarannya adalah agama sebagai gejala sosial. Penelitian keagamaan
melipui hal-hal berikut.
1.
Perilaku
individu dan hubungannya dengan mayarakat yang didasari atas agama yang dianut
2.
Perilaku
masyarakat, baik perilaku politik, budaya maupun yang lainnya yang
mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama
3.
Ajaran
agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku dan kebudayaan mastarakat
beragama.
D.
Konstruksi
Penelitian Agama
Dalam penyelidikan ada perbedaan yang tidak kecil, meskipun ada
pula kesamaan yang bersifat analogi maupun kemiripan. Ada tiga macam istilah
dalam mendekai agama :
1.
Unsur-unsur
atau aspek-aspek yang sama
Agama
bisa diartikan sebagai kepercayaan
kepada Tuhan atau dewa-dewa. Jika dipelajari lebih lanjut pengetahuan tentang
keberadaan Tuhan dianggap sudah terbentuk dalam akal pikiran manusia. Adanya
unsur-unsur risalah , ritual, dan eskatologi yang merupakan unsur untuk
dijadikan syarat dalam kategorisasi agama dan sistem kepercayaan. Kepercayaan
yang memiliki semua unsur tersebut maka layak disebut agama. Jika tidak
mencakup satu atau lebih bisa dikatakan sebagai sistem aliran kepercayaan.
2.
Orde
Orde
diberi tafsiran yang berbeda-beda :
a.
Orde
Kosmos
Disini
yang dipentingkan keselarasan dengan kosmos sekitarnya. Dalam kebudayaan suku
tidak ada aturan tertentu, orang yang melanggar orde dapat dianggap melanggar
etis tetapi orde kadang-kadang dilanggar untuk tetap harmonis maka diadakan
upacara-upacara tertentu.
b.
Orde
Hukum Etis
Yang
dipentingkan disini adalah akhlak kehendak Tuhan untuk tingkah laku manusia
terhadap Tuhan dan sesamanya. Jika aturan ini dilanggar berarti manusia berbuat
dosa atau kejahatan.
3.
Tiap-tiap
Agama dan Keyakinan Tentang keterokan atau kegagalan, ada kekurangan dan
ketidaksempurnaan
Setiap
agama memiliki fenomena. Manusia mempunyai gambaran tentang kekurangannya dan
mempunyai gambaran tentang keselamatan. Manusia merasa dalam kekurangan,
ketidakpuasan, hidup manusia terancam dalam bahaya, mengalami kegagalan. Kekurangan tersebut.disebabkan
bermacam-macam keterangan menurut kepercayaan
masing-masing agama.
Gambaran-gambaran tadi ada yang mengatakan nasib, ada yang mengatakan
kesalahan manusia itu sendiri dan ada pula yang mengatakan penipuan dewa.
BAB IV
Agama sebagai Ideologi dan Doktrin
A.
Ideologi
1.
Pengertian
Ideologi
Ideologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata edios
yang berarti gagasan dan kata logos
yang berarti ilmu. Ideologi adalah kumpulan ide yang dirumuskan melalui proses
berpikir untuk melahirkan aturan-aturan dalam dalam kehidupan manusia. Plato
memahami bahwa manusia memiliki dua realitas diri, yakni jiwa atau idea dan
tubuh. Idea adalah realitas sejati, sedangkan tubuh adalah realitas tiruan dari
dunia idea. Idea atau dunia idea
merupakan sebuah realitas ide bahwa pada dasarnya manusia sdah mengenal
kebenaran sejati dalam dirinya. Penggolongan pengetahuan menurut Plato yaitu :
a.
Pengetahuan
berdasar penalaran murni
b.
Pengetahuan
hasil pemahaman
c.
Pengetahuan
hasil kepercayaan
d.
Pengetahuan
hasil dugaan
2.
Prinsip-prinsip
Ideologi
Prinip-prinsip
ideologi merupakan sesuatu gagasan untuk menjadi sebuah ideology, seperti
tujuan gagasan, ciri-ciri dan lingkup pemikiran dari gagasan yang dikembangkan.
Tujuan utama dari ideologi yaitu menawarkan perubahan melalui proses pemikiran
yang normatif.
Ciri-ciri
ideologi meliputi :
a.
Memiliki
derajat tertinggi sebagai nilai hidup bangsa dan Negara
b.
Mewujudkan
suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan
hidup, pedoman hidup yang diamalkan dan dilestarikan keada generasi
selanjutnya.
Adapun lingkup pemikran dari
ideologi terdapat tiga dimensi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme,
dan ideologi fleksibilitas.
B.
Pengertian
Doktrin
Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran. Ada pula doktrin berasal dari bahasa
Yunani dogma yang artinya opini atau
kepercayaan. Istilah doktrin biasanya
berhubungan dengan dua hal. Yang pertama, sebagai penegasan suatu
kebenaran, dan kedua, berkaitan dengan ajaran. Kedoanya tidak dapat dipisahkan
karena kebenaran itu melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan biasanya
berkaitan demgan kebenaran.
C.
Agama
sebagai Doktrin
Doktrin agama adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan, dan penyembahan
secara spiritual kepada-Nya. Pada dasarnya, doktrin tentang kebenaran memiliki
sifat ganda yaitu mutlak dan relative. Kemutlakkan bisa dilihat dari esensnya,
sedangkan kerelatifa terletak pada penyekapan terhadap esensi itu.
D.
Islam
sebagai Doktrin
Islam sebagai doktrin adalah memandang islam sebagai wahyu
Allahsebagaimana ajarannya terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang diyakini
kebenarannya dan bersifat mutlak. Studi islam dari sisi doctrinal kemudian
menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran islam baik yang ada di dalam
Al-Qur’an maupun dalam al-Sunnah ada yang menjadi penjelasan kedua sumber
tersebut melalui ijtihad. Doktrin islam yang paling pokok yaitu trilogy iman,
islam dan ihsan.
1.
Iman
Pengertian
iman secara etimologi artinya kepercayaan. Sedangkan menurut penjelasan
Rasulullah iman adalah pembenaran dan keyakinan terhadap adanya Allah
dengan ke-Esa-an-Nya, Malaikat, pertemuan dengan-Nya, para utusan-utusan-Nya
dan percaya pada hari akhir.
2.
Islam
Islam
berasal dari bahasa Arab Aslama yang
berarti keselamatan. Secara terminology islam artinya ketundukan, kepasrahann
dan ketaatan dalam menyembah kepada Allah, tidak musrik kepada-Nya
3.
Ihsan
Dalam
literature Arab ihsan berarti perbuatan baik. Sedangkan secara terminology yang sesuai dengan penjelasan dari Rasulullah
ihsan artinya “engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika
tidak maka sesungguhnya dia melihatmu.
E.
Bentuk-bentuk
Penyikapan Doktrin
Raimundo Panikkar menyebutkan tiga macam penyikan kebenaran agama:
1.
Ekslusivisme,
yang menganggap agamanya endiri sebagai agama yang benar.
2.
Inkluisivisme,
yang memiliki sikap menerima dan toleran terhadap adanya tataran-tataran yang
berbeda.
3.
Pluralisme,
yakni memiliki sikap menyamakan dan menyejajarkan semua kebenaran agama,
sekalipun pada dasarnya memiliki perbedaan.
BAB V
AGAMA SEBAGAI PRODUK BUDAYA
A.
Pengertian
Kebudayaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia
dengan menggunakan dan mengarahkan segenap potensi batin yang dimilikinya.penelitian
budaya merupakan penelitian tentang tradisi masyarakat kolektif. Ilmu mengenai
kebudayaan secara garis besar memiliki dua ruang lingkup :
1.
Berbagai
aspek kehidupan yang mengungkapkan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat
didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya.
2.
Hakikat
manusia yang satu atau universal tetapi bergam perwujudannya dalam kebudayaan
setiap zaman dan tempat.
B.
Agama
sebagai Sasaran Penelitian Budaya
Agama sebagai sasaran peelitian budaya menggunakan pendekatan
penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian budaya. Misalnya penelitian
tentang naskah-naskah, alat-alat ritus keagamaan , benda-benda purbakala agama,
sejarah agama, nilai-nilai dari mitos mitos yang dianut oleh pemeluk agama dan
sebagainya. Untuk memahami suatu agama khususnya islam harus melalui dua model
yaitu tekstual dan konstektual. Tekstual artinya memahami islam melalui
wahyuyang berupa kitab suci. Sedangkan konstektual berarti memahami islam lewat
realitas sosial. Proses interaksi islam dengan budaya dapat terjadi dalam dua
kemungkinan. Pertama, islam mewarnai, mengubah, mengolah dan memperbarui
budaya. Kedua, justru islam yang diwarnai oleh kebudayaan. Agama sebagai budaya
juga dapat dilihat sebagai mekanisme control, karena agama adalah pranata
sosial dan gejala sosial yang berfungsi sebagai control terhadap
institusi-intsitusi yang ada.
C.
Pendekatan
Kebudayaan Dalam Kajian Agama
Penggunaan pendekatan budaya dalam study islam memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan hanya menggunakan pendekatan teologis normative
antara lain sebagai alat metodolgi untuk memahami corak keagamaan yang dimiliki
oleh suatu masyarakat dan juga untuk mengarahkan dan menambah keyakinan
keagamaan yang dimiliki masyarakat sesuai dengan ajaran yang benar. Ada empat
cirri fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama :
1.
Bercorak
deskriptif, bukannya normative. Pendekatan antropologi bermula dari kerja
lapangan yang berhubungan dengan orang, masyarakat, kelompok setempat yang diamat
dalam jangka waktu yang lama dan mendalam.
2.
Yang
terpokok dari pendekatan kebudayaan adalah local practices yaitu praktik
konkrit dan nyata di lapangan.
3.
Antropologi
selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antara berbagai domain kehidupan
secara utuh.
4.
Comparative.
Studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi,
sosial, budaya dan agam-agama.
BAB VI
AGAMA SEBAGAI PRODUK INTERAKSI SOSIAL
A.
Agama
sebagai Produk Interaksi Sosial
Interaksi Sosial yaitu hubungan timbalebalik dan pengaruh
mempengaruhi antar individu dalam masyarakat yang dapat berakibat terjadinya
perubahan sosial. Agama sebagai gejala sosial pada dasarnya bertumpu pada
konsep sosiologi agama. Penelitian dengan menempatkan agama sebagai hasil
interaksi sosial obyeknya bisa dilakukakn dengan pendekatan yang umumnya
dilakukan di studi sosial.
B.
Penelitian
Eksperimental
Penelitian Eksperimen merupakan dari metode kuantitatif. Dalam
bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena
variabel-variabel dapat dipilih dan variabel lain dapat mempengaruhi proses
eksperimen dapat dikontrol secara ketat. Penelitian Eksperimen tidak hanya
melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain melainkan sejauh
mana pengaruh variabel tersebut dengan variabel lain secara kausalitas.
Penelitian Eksperimen memiliki ciri-ciri
:
1.
Adanya
perlakuan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel pengikat.
2.
Adanya
teknik-teknik tertentu yang digunakan untuk mnegendalikan variabel yang diduga
akan mempengaruhi variabel terikat.
3.
Adnya
unit-unit eksperimen atau beberapa kelompok manusia yang menjadi objek kajian.
C.
Pengamatan
dan Pengamatan Terlibat
Pengamatan sebagai metode pengumpulan data secara umum dibagi
menjadi dua jenis.
1.
Pengamatan
Murni, pegamatan yang dilakukan tanpa terlibat dalam aktivita sosial yang
berlangsung.
2.
Pengamatan
Terlibat, peneliti melibatkan dirinya dalam proses kehidupan sosial masyarakat
yang diteliti. Pengamatan Terlibat dilakukan untuk melihat bagaimana cara
informan yang diteliti memilih sebuah tindakan tertentu dalam setiap
aktivitasnya. Pada dasarnya pengamatan terlibat melibatkan dua hal poko yaitu tentang
apa yang dilakukan orang dan apa yang dikatakan.
D.
Penelitian
Survei dan Analisis Statistik
1.
Penelitian
Survei
Penelitian
Survei meerupakan salah satu dari metode ilmiah yang masih cukup baru.
Penelitian ini mengkaji populasi yang besar maupun kecil dengan menyeleksi
serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu. Analisis Survei bertujuan
untuk penjajagan, deskriptif, penjelasan, evaluasi, prediksi, penelitian
operasinal, pengembangan indikator-indikator sosial.
2.
Analisis Statistik
Bentuk
data analisis statistic adalah kuantitatif dan kualitatif. Kualitatif didefinisikan
sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pengalaman yang lebih baik
mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Sedangkan data
kuantitatif adalah data yang dikumpulkan tentang variabel objek berupa
angka-angka.
E.
Analisis
Data
Analisis Data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat
ditafsirkan. Analisis data dapat dilakukan dalam tiga tahapan :
1.
Analisis
data selama pengumpulan data
2.
Reduksi
data
3.
Display
data
4.
Penarikan
kesimpulan dan verifikasi
BAB VII
ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DOKTRINAL
A.
Islam
sebagai Doktrin
Studi Doktrinal ini bberarti studi yang berkenaan tentang ajaran
yang bersifat teoritis. Berarti dalam studi doctrinal yang dimaksud adalah
studi tentang ajaran islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh islam.
Studi islam dari sisi doctrinal itu menjadi sangat luas, yaitu studi tentang
ajaran islam baik yang ada dalam Al-Qur’an maupun dalam Al-Sunnah serta
penjelas kedua sumber tersebut melalui ijtihad. Untuk penelitian agama yang
sasarannya agama sebagi doktrin tidak sebatas menerapkan hubungan antara
manusia dengan Tuhan saja tetapi juga melibatkan kesadaran sosiologis,
psikologis bahkan ajaran agama tertentu.
B.
Ruang
Lingkup Doktrin Islam
Runag Lingkup Islam sebagai Doktrin secara garis besar adalah
Tuhan, Manusia dan Alam. Berkenaan dengan doktrin tentang Tuhan, islam dating
sebagai wahyu yang awalnya memberitahukan kepada manusia tentang Tuhan dengan
berbagai data, bukti dan argumentasi yang handal. Sementara berkenaan dengan
doktrin tentang manusia maka islam memandangnya sebagai makhluk termulia.
C.
Model
Penelitian Islam sebagai Doktrin
1.
Model
Penelitian Tafsir
Tafsir
adalah suatu ilmu untuk memahami kitab Allah dan merupakan penjelas makan serta
kesimpulan hikmah dan hukum. Berikut model-model penafsiran Al-Qur’an yang
dilakukan oleh para Ulama Tafsir :
a.
Model
Quraisyi Syihab
Model
ini bersifat eksploratif, deskriptif, analisis, dan perbandingan yaitu model
penelitian yang berupaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan
ulama-ulama tafsir terdahulu.
b.
Model
Al-Shirbbasyi
Sumber
ang digunakan adalah bahan-bahan bacaan yang ditulis oleh para tafsir.
c.
Model
Al-Ghazali
Syekh
Mohammad Al-Ghazali menempuh cara penelitian tafsir yang bercorak eksploratif,
deskripif dan analitis dengan berdasarkan pada rujukan kitab-kitab yang ditulis
ulama terdahulu.
2.
Model
Penelitian Hadist
Dalam
melakukan penelitian hadist ada beberapa model penelitian:
a.
Takhrij
hadist, menunjukkan letak asal hadis pada sumbernya yang asli, yakni berbagai
kitab yang didalamnya dikemukakan hadis tersebut secara lenkap dengan sanad nya
masing-masing.
b.
I’tibar,
digunakan untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau
tidaknya pendukung berupa periwayatan.
c.
Kritik
sanad, salah satu langkahnya adalah menliti kemungkinan ada keanehan dalam
sanad.
d.
Kritik
matan, pencocokan konsep yang menjadi muatan pokok setiap matan hadis.
BAB VIII
AGAMA SEBAGAI SASARAN STUDI SOSIAL
A.
Islam
sebagai Sasaran Studi Sosial
Objek islam sebagai sasaran studi sosial adalah islam yang telah
menggejala, yang telah menjaji fenomena adalah islam yang sudah menjadi dasar
dari sebuah perilaku dari para pemeluknya. Agama sebagai gejala sosial, pada
dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari
hubungan timbale balik antara agama dan masyarakat.
1.
Letak
Ilmu Sosial
Orang
berpendapat nahwa ilmu sosial terletak diantara ilmu alam dan ilmu budaya. Kaum
structuralis, termasuk di dalamnya sebagian antropolog, cenderung meletakkan
ilmu sosial lebih dekat kepada ilmu budaya. Kaum positivis meletakkan ilmu
sosial lebih dekat pada ilmu pengetahuan alam. Ilmu sosial menunjukkan pada
penerapan metode ilmiah untuk mempelajari hubungan manusia dan bentuk-bentuk
organisasi yang yang dimaksudkan dapat hidup bersama dalam masyarakat.
2.
Ilmu
sosial dan teori
Salah
satu contoh metode penelitian sosial yang digunakan dalam penelitian adama
adalah grounded research. Metode grounded research adalah metode penelitian sosial
yang bertujuan untuk menemukan teori melalui data yang diperoleh secara
sistematik dengan menggunakan metode analisis komparatif konstan. Ciri-ciri
grounded research, yaitu :
a.
Adanya
tujuan menemukan atau merumuskan teori
b.
Adanya
data sistematik
c.
Digunakannya
analisis kompratif konstan
B.
Pandangan
Islam terhadap Ilmu Sosial
Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada
aspek kehidupan ritual. Islam menjadikan seluruh bumi sebagai tempat mengabdi
kepada Allah dalam arti yang luas. Ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan
adalah ilmu pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama.
C.
Ilmu
Sosial Bernuansa Islam
Ilmu sosial mampu mengubah berdasarkan cita-cita etik dan profetik
tertentu, perubahan tersebut didasarkan pada tiga hal. Pertama, cita-cita
kemanusiaan, kedua, liberasi, dan ketiga, transendensi. Dengan ilmu sosial
profetik ini, kita ingin melakukan reorientasi terhadap epistemology, orientasi
terhadap mode of thought dan mode of inquirity, yaitu pandangan bahwa sumber
ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan empiri sebagaimana yang dianut
masyarakat barat, tetapi juga dari wahyu.
D.
Peran
Ilmu Sosial Profetik pada Era Globalisasi
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi islam bukanlah agama
tertutup. Islam adalah sebuah paradigma terbuka, sebagai mata rantai peradaban
dunia dengan sifat dan karakteristik agama islam demikian itu, maka melalui
ilmu sosial berwawasan profetik, maka islam siap memasuki era globalisasi. Era
globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi,sosial,
informasi dan sebagainya akan dapat diambil manfaatnya dan dibuang halhal yang
membahayakan.
BAB IX
ISLAM SEBAGAI
SASARN STUDI BUDAYA
A.
Budaya
Islami
Kebudayaan merupakan sesuatu yang dikonstruksi yang mencakup
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, digunakan sebagai
pedoman, diyakini kebenarannya untuk memahami lingkungan yang dihadapi serta
mendorong terjadinya tindakan. Kebudayaan selalu mengalami perubahan yang
bertujuan merekonstruksi kebudayaan agar dapat lebih memuaskan pelaku budaya
itu. Pembahasan metodologi studi islam kebudayaan lebih dimaksudkan cara
berfikir, cara pandang atau mentalitas manusia. Kebudayaan dapat pula digunakan
untuk memahami apa yang terdapat dataran empirisme yang tampil dalam bentuk
formal yang menggejala di masyarakat. Kebudayaan memiliki karakteristik
tertentu yaitu :
1.
Dipelajari
dan diperoleh
2.
Diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi
3.
Berkembang
melalui interaksi individu
4.
Merupakan
peikiran yang mendalam untuk dijadikan symbol yang memberikan makna terhadap
lingkungan melalui pengalaman.
B.
Contoh
Kajian Budaya dalam Perkembangan Islam di Jawa
Interaksi islam dengan budaya di jawa melahirkan tiga bentuk
keislaman yang memiliki dasar pikiran yang berbeda-beda yaitu islam pesantren,
islam kejawen, dan islam modernis. Hal itu terjadi karena suku-suku bangsa
Indonesia khususnya suku jawa sebelum kedatangan pengaruh Hinduisme telah hidup
teratur dengan religi animisme-dinamisme sebagai akar spritualnya dan hukum adat
sebagai pranata sosial mereka.
C.
Islam
sebagai Sasaran Studi Budaya
1.
Karakterisik
Studi Budaya
Kebudayaan
selalu mengalami perubahan. Dalam konteks dinamisasi kebudayaan, studi budaya
diklasifikaskan menjadi dua bagian :
a.
Budaya
Implisit, merupakan hubungan antar kelompok dan satu kelompok individu yang
mengatur dan mengupayakan agar berperilaku sesuai dengan budaya kelompoknya.
b.
Budaya
Eksplisit, merupakan adopsi budaya dari sekelompok individu dengan budaya yang
berbeda.
2.
Pendekatan
Budaya Dalam Memahami Islam
Penelitian
budaya adalah penelitian tentang naskah-naskah, alat-alat situs keagamaan,
arkeologi, sejarah agama, nilai-nilai dari mitos yang dianut para pemeluk agama
dan sebagainya. Suatu pengetahuan baru dianggap sebagai ilmu dapat
diamati,dapat diukur dan dibuktikan. Sebaliknya ilmu budaya hanya dapat diamati
terkadang tidak dapat diukur apalagi diverivikasi. Manfaat penelitian islam
dengan pendekatan kebudayaan :
a.
Alat
untuk memahami corak keagamaan ya ng dimiliki sebuah masyarakat
b.
Mengarahkan
dan menambah keyakinan agama yang dimiliki masyarakat sesuai dengan ajaran yang
benar.
BAB X
KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
A.
Pengertian
Islam Menurut Ajaran
Islam menurut ajaran berarti agama yang sepanjang sejarah manusia.
Agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah, pada
bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia.
B.
Karakteristik
Ajaran Islam
Karakteristik Ajaran Islam adalah suatu karakter yang harus
dimiliki setiap umat muslim dengan perpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist. Islam
memiliki karakteristik yang khas diantaranya :
1.
Dalam
Bidang Aqidah, bahwa aqidah islam bersifat murni baik dalam isinya maupun
prosesnya.
2.
Dalam
Bidang Agama, mengakui adanya pluralism sebagai suatu kenyataan, juga mengakui
adanya Universalime yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan Hari akhir,
menyuruh berbuat baik dan mengajak pada keselamatan. Karakteristik ajaran islam
dalam keagamaan berifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan dan saling mneghargai
karena dalam pluralisme agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian
kepada Tuhan.
3.
Dalam
Bidang Ibadah, ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Yang umum adalah
segala amalan yang diizinkan Allah. Sedangkan yang khusus adalah apa yang
ditetapkan oleh Allah. Ketentuan ibadah termasu salah satu bidang ajaran islam
dimana akal manusia tidak perlu campur tangan melaikan hak dan otoritas Tuhan
sepenuhnya. Kedudukan manusia hanya mematuhi, mantaati, melaksanakan dan
menjalankannya dengan penuh ketundukan pada Tuhan sebagai bukti pengabdian dan
rasa terimakasih kepadanya.
4.
Dalam
Bidang Pendidikan
Islam
memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki atau
perempuan dan berlansung sepanjang hayat.
5.
Dalam
Bidang Sosial
Dibidang
ini islam menjunjung tinggi tolong menolong dan saling menasihati tentang hak
dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa dan kebersamaan.
6.
Dalam
Bidang Ekonomi
Pandangan
islam mengenai bidang ini dicerminkan dalam ajaran fiqih yang menjelaskan
tentang usaha ataupun ajaran islam
mengenai berzakat.
7.
Dalam
Bidang Kesehatan
Ajaran
islam memegang prinsip pencegahan lebih baik daripada penyembuhan.
8.
Dalam
Bidang Politik
Islam
tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu, namun yang terpenting bentuk
pemerintahan tersebut digunakan sebagai alat untuk menegakkan keadilan,
kemakmuran, kesejahteraan, keamanan dan ketentraman masyarakat.
9.
Dalam
Bidang Pekerjaan
Islam
memandang bahwa bekerja sebagai ibadah kepada Allah. Kerja yang dikehendaki
islam adalah kerja yang bermutu terarah kepada pengabdian kepada Allah dan kerja
yang bermanfaat bagi oranglain.
C.
Karakteristik
Islam Dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Islam memiliki karakteristik tersendiri, dalam bidang ilmu dan
kebudayaan bersikap terbuka, akomodative, tetapi selektif. Yakni dari satu segi
islam terbuka dan akomodative untuk meneria berbagai masukan dari luar, tetapi
islam juga selektif yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan
kebudayaan melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan denga islam.
BAB XI
POSISI SENTRAL
AL-QUR’AN DAN HADIST DALAM STUDI ISLAM
A.
Posisi
Al-Qur’an Dalam Studi Islam
Secara etimologis Al-Qur’an berarti mengumpulkan, sedangkan secara
terminologi Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
sebagi pedoman bagi umat islam. Ada empat metode yang digunakan dalam
menafsirkan Al-Qur’an yaitu :
1.
Metode
Tahliny, tafsir kata per kata
2.
Metode
Ijmaly, tafsir secara global
3.
Metode
Muqarim, tafsir yang membandingan lafadz
4.
Metode
Mudhu’I, penafsiran dengan cara memilih topic tertentu yang hendak dicarikan
penjelasannya dalam Al-Qur’an
B.
Posisi
Hadist Dalam Studi Islam
Hadis secara bahasa artinya
berita, sedangkan secara istilah hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan
taqrir Nabu Muhammad SAW. Ada beberapa term lain yang digunakan sebagai sebagai
pembanding term hadist antara lain :
1.
Sunnah,
hukum ketentuan-ketentuan Allah
2.
Khabar, sesuatu yang dinukilkan dan dibicarakan atau
berita yang disampaikan dari satu orang ke orang lainnya.
3.
Atsar,
jejak atau bekas.
Kedudukan hadis terhadap Al-Qur’an
yaitu sebagai penjelas. Fungsi-fungsi hadis sterhadap Al-Qur’an yaitu :
1.
Bayan
Taqrir, menetapkan dan memperkuat apa yang teelah dijelaskan dalam Al-Qur’an
2.
Bayan
tafsir, memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat yang masih global
3.
Bayan
tasyri’, mewujudkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam AlQur’an
4.
Bayan
Naskh, menghapuskan ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an
C.
Pandangan
Teologi tentang Al-Qur’an dan Hadist
Teologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Theologia
yang terdiri dri kata Theos artinya Tuhan dan logos yang artinya ilmu. Jadi
teologi artinya ilmu tentang Tuhan. Pandangan hidup seorang muslim berdasarkan
Al-Qur’an dan hadis itu sendiri, karena dalam teologi islam Al-Qur’an diyakini mengandung kebenaran yang mutlak yang
bersifat transidental, universal dan abadi.
BAB XII
MACAM-MACAM
PENDEKTAN DALAM STUDI ISLAM (1)
A.
Pendekatan
Sosiologis
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki
ikatan-ikatan manusia yang menguasai hidupnya itu. Pendekatan sosiologis
dibedakan dari pendekatan studi agama karena focus perhatiannya pada interaksi
antara agama dan masyarakat. Studi sosiologis terhadap agama tidak hanya member
perhatian pada depensi keyakinan dan komunitas keagamaan terhadap kekuatan dan
proses sosial, melainkan kekuatan penggerak organisasi dan doktrin keagamaan
dalam dunia sosial.
1.
Teori
Fungsional
Pendapat
penting yang dikemukakan, yaitu yang pertama, suatu masyarakat mengalami
pertumbuhan yang semakin lama semakin besar dan kompleks. Kedua, masing-masing
bagian masyarakat memiliki fungsi tertentu dan berbeda, Ketiga, perubahan yang
terjadi mengakibatkan perubahan bagian-bagian lain.
2.
Teori
Konflik
Konsep
teori ini adalah wewenang dan posisi. Intinya distribusi kekuasaan dan wewenang
secara tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yng menentukan konflik sosial
secara sistematis.
3.
Teori
Interaksionalisma
Teori
ini banyak memperlihatkan proses interaksi oleh individu-individu serta
implikasinya terhadap masyarakat. Tiga konsep kunci teori ini yaitu, self,
mind, dan society.
B. Pendekatan
Historis
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
melukiskan dan menjelaskan fenomena kehidupan yang terjadi perubahan karena
adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakat. Karakteristik sejarah
sebagai pendekatan yaitu sebagai sebuah kerangka metodologi dalam pengkajian
untuk menerobos segala sesuatu masalah dalam lampaunya. Dalam menjelaskan suatu
peristiwa sejarah, seorang sejarawan menggunakan dua
metode penulisan, yaitu metode penulisan yang
bersifat deskripsi-naratif dan bersifat deskriptif-eksplanatif.Pendekatan
historis yang dimaksud adalah meninjau suatu permasalahan
dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab suatu permasalahan ,
serta menganalisisnya dengan metode analisis sejarah. Di dalam studi Islam, permasalahan
dari ajaran agama Islam dan pelaksanaan serta perkembangannya
dapat ditinjau dan dianalisis dalam kerangka perspektif
kesejarahan. Ada lima teori dalam pendekatan sejarah, yaitu :
1. Idealisme Approach,
seorang peneliti yang
berusaha memahami fakta sejarah dengan mempercayai semua
fakta yang ada tanpa keraguan.
2. Reductionalist Approach,
seorang peneliti
yang berusaha memahami fakta sejarah
dengan penuh
keraguan.
3. Diakronik, penelusuran
sejarah dan perkembangan satu fenomena yang sedang
diteliti.
4. Sinkronik, kontektualisasi atau sosiologis
kehidupan yang mengitari fenomena yang sedang
diteliti.
5. Teori, sistem nilai atau budaya.
Dengan pendekatan
historis ini masyarakat diharapkan mampu memahami nilai sejarah adanya agama Islam.
Sehingga sadar akan historisitas keberadaan islam dan mampu memahami
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Berikut beberapa metode pendekatan
sejarah :
1. Pemilihan topik, seperti fenomena
ke-islaman dan permasalahan keagamaan.
2. Pengumpulan sumber, seperti dokumen
tertulis, artefak, sumber lisan, dan lain-lain.
3. Verifikasi, seperti pembuktian,
kritik sejarah, keabsahan sumber, otentisitasnya, dan lain-lain.
4. Interpretasi, analisa dan penafsiran.
5. Penulisan, kesimpulan hasil penafsiran untuk
diterapkan.
C. Pendekatan Psikologis
Penelitian agama dalam pendekatanpsikologi adalah
penelitian terhadappengalaman
kejiwaan individu yang terkait dengan rasa keagamaannya. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan dalam penyelidikan
agama lewat pendekatan
psikologis :
1. Pendekatan
Struktural
Pendekatan ini bertujuan untuk mempelajari pengalaman
seseorang berdasarkan tingkatan tertentu.
2. Pendekatan
Fungsional
Pendekatan
ini dilakukan untuk mempelajari bagai mana agamadapat berpengaruh terhadap tingkah laku
individu dalam kehidupannya.
3.
Pendekatan Psiko-analisis
Dalam agama,pendekatan ini dilakukan untuk menjelaskan
tentang pengaruh agama dalam kepribadian
seseorang dan hubungan dengan pikiran, sistem perilaku
seseorang dan penyakit-penyakit jiwa.
4.
Pendekatan Kepribadian
Pendekatan ini berpandangan pengalaman keagamaan sebagai sebuah luapan dari ruang
ketidaksadaran yang masuk kedalam wilayah sadar.
5.
Pendekatan Humanis
Pendekatan ini berpandangan
manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat-tingkatsesuai atas dorongan
kekurangan yang dimilikinya.
BAB XIII
MACAM-MACAM PENDEKTAN DALAM STUDI ISLAM (2)
A. Pendekatan
Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam pemahaman
keagamaan adalah pendekatan studi Islam yang memandang masalah
dari sudut legal formal dan atau normatifnya. Maksud dari legalformal adalah
hubungannya dengan halal-haram. Sedangkan normatifnya adalag seluruh ajaran
yang terkandung dalam nash.Pendekatan teologis-normatif menekankan pada bentuk
forma atau simbol-simbol yang masing-masing bentuk tersebut mengklaim dirinya
sebagai yang paling benar dan lainnya dianggap salah. Salah
satu ciri pendekatan teologis dalammemahami agama adalah
menggunakan cara berpikir deduktif. Yaitu cara berpikir yang
berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran
yang berasal dari Tuhan sudah asti benar. Sedangkan pendekatan
normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang tertera
dalam al-Qur’an dan Hadis. Pendekatan ini mengasumsikan seluruh ajaran
Islam sebagai suatu kebenaran yang harus diterima saja dan tidak boleh diganggu
gugat.
B.
Pendekatan Filologis
Filologi secara harfiah dapat diartikan
sebagai cinta kata-kata atau senang bertutur. Sedangkan secara
istilah filologi dalam arti studi teks adalah suatu studi yang melakukan penelaahan
dengan mengadakan kritik teks.Pendekatan ini sangat populer bagi para pengkaji agama
terutama ketika mengkaji naskah-naskah kuno peninggalan masa
lalu. Karena objek dari pendekatan ini adalah warisan-warisan
keagamaan, berupa naskah-naskah klasik dalam bentuk manuskrip.
Ada beberapa metode untuk mengedit dan menyunting naskah
klasik, yaitu :
1. Inventarisasi Naskah, pemilihan naskah yang
ingin disunting.
2. Deskripsi Naskah, setiap naskahyang diperoleh
diuraikan secara terinci, teratur dan masing-masing diberi tanda atau kode.
3. Pengelompokan dan
Perbandingan Teks, mengelompokkan secara rinci hubungan antara varian, perbedaan, persamaan, dan
hubungan antara berbagai naskah yang ada. Selanjutnya membandingkan teks untuk
mengetahui adakah perbedaan bacaan diantara semua naskah.
4. Transliterasi, penggantian
huruf demi huruf dari satu abjad ke abjad lain atau perubahan teks
dari satu ejaan ke ejaan lain.
5. Terjemah, ada beberapa cara menerjemahkan
teks, yaitu terjemah harfiyyah, terjemah agak bebas, dan sangat bebas.
6. Analisis, setelah data-data tersebut
ditemukan, maka teks kemudian dianalisa sesuai dengan hasil yang diperlukan.
C.
Pendekatan Hukum Islam
Dalam pembicaraan
tentang hukum Islam yang terdapat padaliteratur bahasa Arab adalah fiqh dan syari’at. Para ahli hukum
Islam mendefinisikan fikih adalah ilmu pengetahuan
tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat operasional yang
dihasilkan dari dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan syari’at adalah seperangkat aturan
dasar tentang tingkah laku manusia yang ditetapkan secara umum
dan dinyatakan langsung oleh Allah dan Rosul-Nya. Perkembangan
hukum Islam terbagi menjadi empat periode, yaitu :
1. Periode
Rasulullah
Pada masa Rasulullah adalah masa fiqh Islam mulai tumbuh dan membentuk dirinya menjelma
kealam perwujudan. Sumber asasi yang ada pada masa ini
ialah al- Qur’an. Tentang sunnah Rasul adalah berdasarkan wahyu ilahi yang
diturunkan kepada beliau.
2.
Periode Sahabat
Periode sahabat ini dimulai dari wafatnya
Rasulullah SAW sampai akhir abad pertama
hijriyah. Pada masa sahabat, Islam telah menyebar luas
misalnya ke negeri Persia, Irak, Syam, dan Mesir. Negara-negara
tersebut telah memiliki kebudayaan yang tinggi, juga memiliki adat kebiasaan
tertentu, peraturan-peraturan dan
ilmu pengetahuan. Bertemunya Islam dengan kebudayaan
diluar Jazirah Arab ini mendorong pertumbuhan Fiqh Islam pada periode-periode
selanjutnya.
3.
Periode Ijtihad
Pada periode ini Islam mengalami kejayaan yang
terjadi pada tahun 700-1000 Masehi. Perkembangan
hukum fiqh pada masa ini memang berkembang dengan pesat. Perluasan
wilayah Islam sehingga mempertemukan Islam dengan peristiwa-peristiwa yang
makin kompleks adalah salah satu alasan. Selain itu, perhatian umat
Islam memiliki keinginan yang besar untuk mu’amalah yang sesuai dengan
al-Qur’an.
4.
Periode Taqlid
Periode ini terjadi pasca abad ke-4
hijriyah. Masyarakat sudah tidak tertuju pada
sumber-sumber hukum yang telah ada sebelum periodenya, tetapi mereka hanya
tertuju hanya untuk mempertahankan hukum menurut madzhabnya
masing-masing.
Dalam melakukan penyelidikan Islam dengan pendekatan
Islam, para peneliti memiliki ruang lingkup yang sangat luas karena syari’at
Islam memang mencakup tak hanya aspek ibadah, tetapi juga ekonomi (mu’amalat),
pidana (jinayat), pernikahan (nikah), waris (faraidh) dan politik (siyasah).
D. Pendekatan Antropologis
Secara etimologis antropologi berasal
dari bahasa Yunani anthropos yang berarti
manusia dan logos yang berarti
wacana. Sedangkan secara terminologi antropologi dapat diartikan
ilmu yang mengkaji manusia dan budayanya. Yang bertujuan untuk memperoleh suatu pemahaman
totalitas manusia sebagai makhluk, baik dimasa lampau maupun dimasa
sekarang, baik sebagai makhluk biologis maupun makhluk
berbudaya. Pendekatan antropologi dalam
studi Islam dapat memahami agama Islam tidak hanya sebagai
doktrin yang bersifat monolitik, tetapi sekaligus juga yang bersifat pluralistik. Pendekatan antropologi terhadap agama juga diperlukan untuk
memberi wawasan keilmuan yang lebih komprehensif
tentang entitas agama dan substansi agama yang dianggap sangat penting untuk
membimbing kehidupan umat manusia. Menurut Atho Mudzhar, ada
lima kategori fenomena agama yang dapat dikaji :
1. Scripture atau sumber ajaran dan simbol agama.
2. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama.
3. Ritus, lembaga, dan ibadat.
4. Alat-alat dan sarana.
5. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama
berkumpul dan berperan.
Ada beberapa tahapan pendekatan antropologi dalam
studi Islam memiliki empat ciri fundamental, meliputi :
1. Deskriptif
2. Lokal praktis
3. Keterkaitan antar domain kehidupan secara utuh
4. Komparatif (perbandingan)
Penggalian data dalam penelitian agama
dapat menggunakan kamar femenologi. Kajian femenologi dengan
tujuan memberi panduan yang runtut untuk memahami sesuatu
secara utuh. Fenomelogi yang dipahami disini merupakan sebuah pendekatan
filosofis yang mendasarkan diri pada penyelidikan asumsi-asumsiuntuk sampai
kepada esensi dari suatu fenomena yang tampak, sebagai manifestasinya dari
sudut pandang orang pertama. Kajian fenomenologi ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman murni
yang didukung oleh fakta-fakta.